Metode Kuret yang digunakan Klinik Raden Saleh

Metode Vakum Aspirasi (AVM/AVE)

Vakum Aspirasi adalah Prosedur medis kuretase terkini yang digunakan untuk mengeluarkan jaringan dari rahim, umumnya dalam kasus aborsi (baik elektif maupun terapeutik), keguguran tidak lengkap, atau pengelolaan kehamilan molar.

Vakum Aspirasi ada 2 jenis :

  • Electric Vacuum Aspiration (EVA): Menggunakan mesin elektrik untuk menghasilkan tekanan hisap.
  • Manual Vacuum Aspiration (MVA): Menggunakan alat portabel yang dioperasikan secara manual.

Prosedur ini direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk kehamilan trimester pertama (hingga 12-14 minggu) karena risiko komplikasi yang lebih rendah dibandingkan kuretase konvensional.

prosedur vakum aspirasi
image: woman on waves

Indikasi dan Kontra-indikasi

Indikasi:

  • Aborsi elektif atau terapeutik.
  • Keguguran tidak lengkap.
  • Kehamilan molar.
  • Retensi jaringan plasenta pascapersalinan.

Kontraindikasi:

  • Kehamilan ektopik (tidak dapat diatasi dengan vakum aspirasi).
  • Infeksi pelvis akut.
  • Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.

Persiapan Prosedur

  1. Konseling dan Informed Consent
    Pasien harus memahami risiko, manfaat, dan alternatif prosedur. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), konseling prasedur wajib mencakup dukungan psikososial.
  2. Pemeriksaan Fisik dan USG
    Konfirmasi usia kehamilan dan lokasi janin.
  3. Persiapan Medis
    • Pemberian misoprostol (opsional) untuk melembutkan serviks.
    • Analgesia: Anestesi lokal atau sedasi intravena.

Langkah Prosedur Vakum Aspirasi

  1. Posisi Pasien: Litotomi (seperti pemeriksaan panggul).
  2. Desinfeksi: Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik.
  3. Anestesi: Blok paracervical dengan lidokain untuk mengurangi nyeri.
  4. Dilatasi Serviks: Dilator digunakan jika serviks belum terbuka.
  5. Insersi Kanula: Kanula steril dimasukkan ke dalam rahim.
  6. Hisap Jaringan: Vakum diaktifkan untuk mengangkat jaringan (5-10 menit).
  7. Pemeriksaan Jaringan: Memastikan seluruh produk konsepsi terangkat.

Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan diatas 98% jika dilakukan sebelum 12 minggu. Studi Lancet 2021.

Perawatan Pasca prosedur

  • Pemantauan: Observasi perdarahan atau tanda syok selama 1-2 jam.
  • Antibiotik Profilaksis: Dosis tunggal doksisiklin untuk mencegah infeksi.
  • Kontrol Ulang: USG atau tes kehamilan setelah 2 minggu.

Risiko Komplikasi

  • Perdarahan (1-2% kasus).
  • Infeksi (risiko <1% dengan antibiotik).
  • Perforasi uterus (0,1-0,3% kasus).
  • Retensi jaringan (2-3%).

Studi oleh National Abortion Federation (NAF) menunjukkan bahwa komplikasi berat minim terjadi yaitu <0,5% dari seluruh prosedur vakum aspirasi (NAF, 2021).

Pendapat Ahli dan Riset Terkini

  1. Dr. Sarah Prager (University of Washington):
    “Vakum aspirasi adalah standar emas untuk aborsi trimester pertama. Teknologi MVA memungkinkan akses layanan di daerah terpencil.”
  2. Studi di The Lancet (2021):
    Analisis terhadap 23.000 prosedur membuktikan bahwa vakum aspirasi lebih aman daripada medikasi aborsi untuk kehamilan <7 minggu.
  3. Rekomendasi WHO:
    Vakum aspirasi masuk dalam daftar Essential Medical Devices untuk layanan kesehatan reproduksi darurat (WHO, 2022).

Aspek Etika dan Legal

  • Hak Pasien: WHO menekankan hak pasien untuk mendapat layanan aborsi aman.
  • Regulasi: Di Indonesia, aborsi hanya diizinkan dalam kondisi darurat medis dan korban pemerkosaan (pp-no-28-tahun-2024).

Metode Dilatasi & Evakuasi (D&E)

Dilatasi dan Evakuasi (D&E) adalah prosedur aborsi bedah yang umumnya dilakukan pada trimester kedua kehamilan (minggu 13-24). Metode ini menggabungkan dilatasi serviks dengan evakuasi jaringan kehamilan menggunakan instrumen khusus.

D&E melibatkan dua tahap utama:

  1. Dilatasi Serviks: Membuka serviks menggunakan dilatator mekanis (misalnya, laminaria) atau obat (misoprostol).
  2. Evakuasi Jaringan: Mengangkat jaringan kehamilan dengan kombinasi forsep obstetri dan aspirasi vakum.

Prosedur ini direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk aborsi trimester kedua karena risiko komplikasi lebih rendah dibandingkan induksi medis. (WHO Safe Abortion Guidelines, 2022).

Indikasi dan Kontra-indikasi

Indikasi:

  • Aborsi trimester kedua (setelah 12 minggu).
  • Keguguran tidak lengkap dengan retensi jaringan.
  • Kehamilan dengan kelainan janin yang tidak kompatibel dengan kehidupan.

Kontraindikasi:

  • Gangguan pembekuan darah berat.
  • Infeksi rahim akut.
  • Kehamilan ektopik.

Persiapan Prosedur D&E

  1. Konseling dan Informed Consent
    Pasien harus mendapatkan penjelasan lengkap tentang risiko, alternatif (misalnya, induksi medis), dan dukungan psikososial.
  2. Evaluasi Medis
    • USG: Menentukan usia kehamilan dan lokasi janin.
    • Tes Darah: Memeriksa kadar hemoglobin dan golongan darah.
  3. Persiapan Serviks
    • Dilatasi Mekanis: Laminaria atau dilatator sintetis dimasukkan 12-24 jam sebelum prosedur untuk membuka serviks secara bertahap.
    • Obat: Misoprostol (analog prostaglandin) untuk melembutkan serviks.

Tahapan Prosedur D&E

  1. Anestesi:
    • Anestesi lokal (blok paracervical) atau sedasi intravena.
    • Di beberapa negara, anestesi umum digunakan.
  2. Dilatasi Serviks Lebih Lanjut:
    Dilatator logam (misalnya, Pratt atau Hegar) digunakan jika perlu.
  3. Evakuasi Jaringan:
    • Aspirasi Awal: Kanula vakum menghisap cairan ketuban dan jaringan.
    • Penggunaan Forsep: Forsep khusus (seperti Bierer atau Sopher) digunakan untuk mengangkat janin dan plasenta.
    • Kuretase Ringan (Opsional): Memastikan rahim kosong.
  4. Pemantauan:
    USG pasca-prosedur untuk memastikan tidak ada jaringan tersisa.

Prosedur ini memakan waktu 15-30 menit, dengan tingkat keberhasilan diatas 95%.

Perawatan Pasca prosedur

  • Pemantauan Segera: Observasi perdarahan atau tanda infeksi selama 2-4 jam.
  • Antibiotik Profilaksis: Doksisiklin atau metronidazol untuk mencegah infeksi.
  • Kontrol Ulang: USG atau tes hCG setelah 1-2 minggu.

Risiko Komplikasi Prosedur D&E

  • Perdarahan (1-2% kasus).
  • Perforasi Uterus (0.1-0.5%).
  • Retensi Plasenta (2-3%).
  • Infeksi (<1% dengan antibiotik).

Menurut Society of Family Planning, komplikasi berat terjadi pada <2% prosedur D&E.

Pendapat Ahli dan Bukti Ilmiah

  1. Dr. Jody Steinauer (UCSF):
    “D&E adalah metode paling aman untuk aborsi trimester kedua. Pelatihan khusus diperlukan untuk meminimalkan risiko perforasi.” (Studi di NEJM, 2020).
  2. Riset di BJOG (2022):
    Analisis 10.000 kasus D&E menunjukkan bahwa komplikasi berkurang 50% dengan penggunaan misoprostol pra-prosedur (Link Studi).
  3. Guttmacher Institute:
    D&E menyumbang 98% aborsi trimester kedua di AS karena efektivitas dan keamanannya (Laporan Guttmacher, 2022).

Aspek Etika dan Legal

  • Legalitas: Di Indonesia, aborsi hanya diizinkan dalam kondisi darurat medis (UU Kesehatan No. 36/2009) dan korban pemerkosaan (Perppu No. 1/2023).
  • Debat Etis: Prosedur D&E sering menjadi sorotan dalam debat hak reproduksi, terutama terkait batas usia kehamilan.

Referensi

  1. WHO. (2022). Safe Abortion Guidelines
  2. ACOG. (2023). Second-Trimester Abortion Care
  3. Society of Family Planning. (2021). D&E Best Practices
  4. CDC. (2023). Infection Prevention in Abortion Care
  5. The New England Journal of Medicine. (2020). Safety of D&E

Artikel ini dirancang untuk memberikan informasi medis akurat dan tidak menggantikan konsultasi profesional. Untuk detail lebih lanjut, Hubungi Klinik Raden Saleh dan konsultasikan dengan tenaga kesehatan.

Scroll to Top